Kemacetan kota nampaknya sudah menjadi momok tersendiri bagi banyak warga Jakarta, bahkan kota-kota besar lainnya. Kendaraan pribadi dan kendaraan umum berjejalan di sepanjang jalan mencoba menembus kepadatan lalu lintas. Keadaan ini setiap hari terjadi, mulai pagi hingga malam menjelang. Masyarakat pun mencari alternatif kendaraan yang setidaknya mampu memberi mereka kesempatan untuk “sedikit” lebih cepat sampai tujuan.
Kondisi yang sudah lama terjadi ini akhirnya membangunkan salah satu startup untuk tidak tinggal diam. Nadiem Makarim beserta tim mencoba menawarkan solusi untuk masyarakat yang ingin berkendara dengan aman dan nyaman. Dan, dengan pilihan kendaraan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, yaitu ojek. Biasanya ojek ngetem di suatu tempat atau menawarkan jasanya sendiri, Nadiem CS membuat sesuatu yang berbeda dengan membuat aplikasi pemesanan ojek Go-Jek melalui ponsel pintar.
Dengan mengunduh aplikasi di ponsel pintar, konsumen sudah bisa memesan layanan ojek dengan mudah tanpa harus mencari di tempat pangkalan ojek atau di pinggir jalan. Konsumen dengan mudah menentukan tempat lokasi penjemputan hingga tempat tujuan dengan tarif yang sudah ditentukan, tanpa perlu tawar menawar harga.
Kehadirannya Go-Jek di awal tahun cukup memberikan angin segar bagi masyarakat dan segera tersebar viral. Go-Jek menjadi jawaban bagi masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi. Kemunculan Gojek menjadi sebuah fenomena baru. Hal ini bisa dilihat dari betapa seringnya kita melihat punggawa Gojek dengan jaket khas Go-Jek berwarna hijau hilir mudik di jalanan ibu kota.
Setelah muncul fenomena Go-Jek buatan anak negeri, startup asing yang dikenal dengan aplikasi pemesan taksi online bernama GrabTaxi pun menawarkan layanan serupa. GrabTaxi mengenalkan GrabBike yang bisa disebut kompetitor Go-Jek. GrabBike mulai mendarat di Jakarta pada Mei lalu. Jakarta adalah kota ketiga bagi GrabBike, setelah Ho Chi Minh dan Hanoi di Vietnam.
GrabBike memiliki fitur keamanan yang sama dengan GrabTaxi seperti rute perjalanan yang dapat dilacak secara langsung dan identitas pengemudi (nama, plat nomor, nomor ponsel serta foto diri) yang dapat segera diketahui saat pengguna melakukan pemesanan.
Beri Go-Jek, Beda GrabBike
Pada dasarnya kedua aplikasi ini memiliki kesamaan dalah hal sistem pemesanan. Selain itu, penumpang akan mendapatkan fasilitas helm, masker, dan penutup wajah. GrabBike manambahkan satu fasilitas lagi yaitu jas hujan. Namun, karena Gojek lebih dulu hadir, Go-Jek mampu bermanuver lebih lincah.  Salah satunya adalah langkah ekspansi Gojek ke Bali, Bandung, dan Surabaya.
Pada awalnya Gojek hanya menawarkan untuk layanan transportasi konsumen. Melihat peluang besar yang bisa digarap, Gojek pun menambah layanannya. Selain sebagai trasportasi konsumen, Gojek bisa  membantu konsumen dalam mengantar dan mengambil barang, membeli tiket bioskop,  sehingga konsumen tidak perlu ke luar rumah dan bebas mengantri.
Untuk fitur Go-Food, layanan pesan antar makanan ini baru dirilis secara resmi pada April 2015. Di Jakarta, Gojek mengklaim layanan Go-Food sudah terintegrasi dengan lebih dari 15.000 tempat makan di wilayah Jabodetabek yang terdiri dari 23 kategori, mulai dari warung kaki lima hingga restoran. Sedangkan di Bandung, Go-Food diklaim sudah bekerjasama dengan lebih dari 500 restoran.
Melihat potensi yang besar, GrabBike rasanya akan menyusul langkah Gojek, meski saat ini GrabBike hadir dalam fase Beta. Hal ini dikuatkan dengan langkah kakaknya, yaitu GrabTaxi yang bukan hanya beroperasi di Jakarta,tapi juga sudah berekapansi di kota Padang dalam waktu kurang dari satu tahun perusahaannya beroperasi.
Sementara itu, dari sisi layanan, GrabBike berpotensi untuk mengembangkan layanan yang serupa dengan Gojek. Diperkirakan GrabBike mampu menciptakan program yang berbeda agar konsumen menganggap GrabBike berbeda dengan Go-Jek. Untuk itu, diperlukan diferensiasi antara Go-Jek dengan GrabBike. Salah satu nilai tambah yang diberikan GrabBike adalah asuransi medis. GrabBike akan memberikan asuransi kepada pengendara maupun penumpang apabila terjadi kecelakaan.
Tak Lepas dari Kekecewaan Konsumen
Walaupun aplikasi ojek ini membantu para konsumen sehingga mendapatkan respon positif dari masyarakat, namun ada beberapa yang merasa kecewa dengan layanan ojek ini. Salah satu konsumen pernah mendapatkan dua pengemudi karena diakibatkan kesalahan jaringan. Selain itu, masalah lamanya waktu tunggu dari memesan hingga ojek datang.
Dari pengalaman salah satu konsumen, ada yang bisa menunggu hingga 40 menit. Lamanya waktu tunggu tersebut bisa disebabkan karena kemacetan, masalah cuaca, misalnya hujan hingga jarak antara pengemudi dan pemesan yang lumayan jauh. Namun, bila kita mengalami masalah ini, kita bisa langsung membuat keputusan sendiri, apakah ingin tetap menunggu atan membatalkan pesanan dan mencari kendaraan lain.
Bagaimana Nasib Tukang Ojek yang tidak bergabung dengan Go-Jek maupun GrabBike?
Ketika banyak tukang ojek yang go mobile dengan Go-Jek dan GrabBike, lalu bagaimana nasib tukang ojek lain yang tidak bergabung dengan dua startup ini? “Rata-rata temen-temen saya yang ngojek ikut GrabBike. Kalau biasanya sehari saya bisa mengantarkan 3-4 penumpang, sekarang saya bisa membawa 8-9 penumpang sehari,” ujar Kholil, salah satu pengemudi GrabBike.
Ia menambahkan bahwa ada temannya yang menyesal tidak ikut GrabBike padahal sudah ditawarkan pihak GrabBike. Akhirnya, beberapa waktu lalu temannya tersebut mendaftar. Ia pun mengatakan ada yang tidak ikut dengan alasan masih malas berurusan dengan teknologi. Untuk bagi hasil, Go-Jek menerapkan pembagian 80% untuk pengemudi dan 20% untuk Gojek. Sedangkan, GrabBike menerapkan 90% untuk pengemudi dan 10% untuk GrabBike.
Maraknya aplikasi transportasi mobile ini mungkin menjadi ancaman beberapa pihak, namun, dari sisi konsumen, mereka sangat terbantu sekali dengan pilihan-pilhan kendaraan yang ada. Apalagi dengan kemudahan yang didapatkan hanya dengan membuka aplikasi di ponsel pintar mereka. Ini menjadi cara baru untuk mereka dalam memesan kendaraan. Selain itu, kedua startup ini mampu meningkatkan penghasilan para tukang ojek sehingga mempermudah mereka mendapatkan penumpang.
Go-Jek dan GrabBike bisa dikatakan memberikan solusi bagi masyarakat dalam berkendara.  Ke depan, diharapkan kedua startup ini mampu mengembangkan layanan dan terus menyempurnakan layanan yang masih  membuat konsumen kecewa. Dalam kompetisi memperebutkan konsumen, keduanya masih harus berupaya keras untuk membesarkan bisnis mereka karena masih dalam tahap awal pengenalan. Dan, untuk GrabBike, kita tunggu gebrakan apa yang akan dilakukannya untuk menyaingi Go-Jek.

Source : Marketeers.com