Selasa, 11 September 2012

Trick di IT bisnis / Digital bisnis

Salah satu hal yang perlu diketahui seorang Marketing Manager ketika merencanakan budget marketing untuk sebuah bisnis online adalah bagaimana cara pengunjung masuk ke situs web.

Barangkali Anda sudah mafhum, tidak semua pengunjung masuk ke situs web melalui homepage. Kabar buruknya malah, homepage yang biasanya menjadi fokus pemilik web dalam merancang desain seindah mungkin itu kini semakin berkurang perannya. Sebuah artikel di Niemenlab beberapa waktu yang lalu semakin mengkonfirmasi bahwa masa jaya homepage sudah berlalu.

Artikel tersebut menyebutkan, beberapa portal besar seperti New York Times dan Wall Street Journal melaporkan semakin banyak pengunjung yang datang dari pintu samping. Tren ini dapat dimaklumi seiring dengan tumbuh pesatnya social media, mobile application, maupun yang tetap banyak digunakan yaitu search engine, yang membawa pengunjung situs web langsung pada halaman yang bersangkutan, tidak perlu melalui homepage.

Nah, bagaimana kondisinya di situs web Anda? Anda harus tahu berapa presentase yang masuk dari pintu depan (homepage) vs berapa prosentase yang masuk dari pintu samping (bisa dari Facebook, Twitter, search engine, dan berbagai social media lain maupun mobile app situs-situs jejaring sosial tersebut). Salah satu cara mengetahui hal ini adalah melalui tools data statistik seperti Google Analytics.

Mengetahui data di atas adalah langkah awal untuk Anda merencanakan strategi marketing untuk meningkatkan kunjungan maupun membesarkan brand Anda di dunia online.

Sebagian besar situs web baru akan mulai mendapatkan kunjungan melalui search engine, dengan kata-kata kunci (keyword) yang relevan dengan konten situs tersebut. Selain dari search engine, situs-situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dll juga membantu mendatangkan kunjungan, apalagi bila akun-akun di media sosial itu banyak pengikutnya.

Untuk situs-situs berita yang selalu ter-update dengan frekuensi hitungan detik apalagi yang sudah ternama seperti Detik.com, saya menduga sebagian besar tamu akan datang dari pintu depan.

Selain karena sudah ternama, perilaku pengunjung ini juga terbentuk karena pola update di Detik yang selalu ada yang baru apabila di-refresh. Hal ini membentuk perilaku pengunjung untuk mengecek, 'ada berita terbaru apa saat ini?'.

Dus, tamu dari pintu depan berbeda dengan tamu dari pintu samping. Tamu dari pintu depan hampir dapat dipastikan telah mengenal brand kita. Mereka datang dengan mengetikkan langsung alamat (URL) situs, atau mereka mungkin saja sudah mem-bookmark alamat situs web kita, atau bisa juga mereka mengetahui dari iklan media non online, seperti televisi atau radio atau media cetak, misalnya. Kemudian mereka mengetikkan nama alamat situs web kita tersebut.

Tamu dari pintu samping lebih beragam. Ada yang 'nyasar' ke situs web kita karena suatu kata kunci yang dicarinya di Google. Mereka mungkin saja tidak 'aware' dengan situs web kita (masih ada juga yang misalnya mencantumkan sumber artikel: dari Google).

Pengunjung yang datang dari social media juga beragam. Ada yang sudah follow akun kita di social media (berarti dia sudah kenal kita) tetapi ada juga yang melalui akun teman-temannya (karena retweet ataupun share yang dilakukan temannya).

Tamu dari pintu samping yang terus meningkat presentasenya ini menurut saya harus semakin mendapat perhatian. Mereka yang tersebar di mana-mana di jagat maya yang maha luas ini harus kita tangkap, menjadi returning visitor dan kemudian menjadi tamu yang datang dari pintu depan.

Bounce Rate

Sebenarnya yang lebih penting daripada dari mana tamu masuk, adalah apa yang dilakukan setelah masuk. Pembahasan ini kemudian membawa kita ke istilah bounce rate yang cukup terkenal di ranah digital. Bounce rate adalah presentase pengunjung yang bounce atau meninggalkan situs web setelah hanya melihat satu halaman saja.

Karena itu tentu saja semakin kecil bounce rate semakin baik. Pengelola situs web bekerja keras untuk membuat pengunjung mengklik halaman-halaman lain setelah mereka mendarat di halaman pertama (landing page). Landing page, seperti dijelaskan di atas, tidak selalu dari homepage, tetapi bisa dari halaman apa saja.

Caranya, misalnya dengan membuat related links, membuat tautan-tautan yang menarik sehingga kunjungan sang tamu tidak berakhir di halaman di mana mereka mendarat, tetapi berlanjut karena banyak informasi menarik. Setelah itu malah mem-bookmark misalnya, karena mendapati bahwa situs web ini berguna bagi mereka untuk dikunjungi kembali.

Kembali ke strategi marketing tadi, setelah mengetahui bagaimana kondisi sumber kunjungan situs web saat ini, maka kita dapat membuat tujuan bagaimana kondisi yang kita inginkan, bagian mana yang hendak kita tingkatkan.

Apabila sudah banyak kunjungan dari depan, dapat kita asumsikan bahwa usaha promosi yang bertujuan branding mungkin tidak terlalu prioritas lagi. Karena biasanya usaha branding untuk mendapatkan awareness cukup mahal (seperti beriklan di televisi misalnya). Pemilik situs web dapat mengerahkan fokus ke bagian lain, seperti meningkatkan engagement di social media, dan sebagainya.

Apabila mayoritas pengunjung dari pintu samping, maka tugas utama adalah menjadikan mereka returning visitor sehingga meningkatkan pengunjung dari pintu depan. Apabila angka keduanya (tamu dari pintu depan maupun pintu samping) masih kecil, maka kedua-duanya harus digenjot. Jangan perhatian hanya diberikan pada pintu depan.

Tentu saja ini hanyalah contoh untuk memberikan insight. Strategi detil harus dibuat berdasarkan analisa perilaku pengunjung situs web yang berbeda-beda pada setiap situs.

Source : Detik Inet
 Penulis: Meisia Chandra merupakan Direktur PortalHR.com, trainer & konsultan social media for employee, strategi digital, & e-commerce. Yang bersangkutan bisa dihubungi via Twitter di @mei168.

Tidak ada komentar: