Kamis, 19 April 2012

CAKRAM "FLOATING"

Jaman dulu ketika sistem pengereman pakai cakram pertama kali ditemukan, banyak pabrikan mulai mengaplikasi di motor2 berkarakter sport tujuannya tak lain dan tak bukan adalah ekspektasi bahwa pengereman lbh "pakem" ketimbang drum brake.

Teknologi pengereman tidak hanya berfokus pada kalipernya saja dimana tdnya 2 piston dianggap cukup, trs naik jd 4 piston, lalu ke 6 piston yg dianggap gagal oleh banyak kalangan karena defleksi berlebihan dan akhirnya banyak yg fokus ke pengembangan 4 piston monoblock utk high performance caliper.

Selain mengenai kaliper, cakram juga mendapat perhatian khusus oleh para designer. Di era2 awal pemakaian cakram, piringan cakram/rotor dibuat dlm 1 castingan dan designnya solid tanpa ada "bolong2nya", hehehehe....seiring berjalannya waktu designer mulai sadar bahwa cakram "cukup" "berjasa" dlm membuat motor menjadi berat, lalu didesignlah cakram "bolong2" dgn tujuan memangkas weight dan juga meningkatkan perpindahan kalor dgn memperluas bidang kontak dgn udara bebas, bahkan "bolong2"nya didesign sedemikian rupa supaya tidak mengganggu aerodinamika disekitar braking area dan juga disusun konfigurasinya supaya rotor lbh gampang ngeluarin panas. Bahan pembuat cakram juga berevolusi mulai dr sekedar cast iron, sampai komposit, dan juga ceramics.

Bahan sudah, design sudah, apa lg????? Seperti kita tahu, konsekuensi logis cakram one-piece dr 1 castingan adalah ketika suatu ketika menerima beban kejut, ada kemungkinan cakram mengalami deformasi. Cakram yg tidak absolutely datar mengakibatkan vibrasi ketika dilakukan pengereman. Untuk Menghindari adanya deformasi seperti ini, design cakram dibuat "floating" atau mengambang, lah apa itu??? jd piringan cakram dibuat 2 pieces, carrier dan rotor. Carrier dipasang "mati" dgn velg sdgkan rotor dipasang di sekeliling carrier dan "dikunci" dgn float button. Jadi ketika ada beban kejut yg tegak lurus permukaan cakram, cakram tidak mudah mengalami deformasi karena float button memungkinkan rotor utk bergerak mengkompensasi adanya beban kejut tersebut.

Source : FB Arief Setiawan / Kiming

Tidak ada komentar: