Kesalahan pertama yang sering kita semua lakukan adalah, hanya membuka
Linkedin ketika kita membutuhkan pekerjaan. Linkedin, situs jejaring
sosial profesional yang saat ini memiliki member lebih dari 150 juta,
sebenarnya bukanlah situs yang (hanya) membantu kita mendapatkan
pekerjaan.
Banyak sekali hal yang bisa Anda lakukan dengan
Linkedin. Kegiatan Anda di Linkedin bukan hanya akan menguntungkan bagi
karir Anda sendiri, tetapi juga bagi perusahaan tempat Anda bekerja.
Karena itu jangan malu-malu dan takut apabila ketahuan membuka Linkedin.
Ini sama sekali bukan tanda-tanda bahwa Anda bosan dan sedang mencari
pekerjaan baru.
Hapuslah dulu mitos itu dari benak Anda, setelah
itu saya akan tunjukkan pada Anda betapa luasnya potensi Linkedin,
dimana sebagian besar dari kita hanya memakai sangat sedikit dari
antaranya.
Saya akan mulai dengan memberikan beberapa contoh
praktis. Sebut saja Beatrix, dia seorang sales andalan perusahaan kami.
Beatrix hampir setiap hari membuka Linkedin. Apa yang dilakukan Beatrix?
Tentu saja bukan mencari pekerjaan.
Setiap hari Beatrix harus
membuat janji pertemuan dengan beberapa orang untuk presentasi.
Bagaimana cara tercepat untuk mencari kontak seseorang dari suatu
perusahaan yang kita target? Tentu saja Linkedin. Beatrix sudah
membuktikan, orang cenderung lebih mau merespons ketika dihubungi via
Linkedin dibanding via email perkenalan sales biasa.
Setelah
mendapatkan kontak, mencoba menghubungi dan mendapatkan janji pertemuan
(meskipun tidak semua menyetujui tetapi sebagian besar menerima undangan
di Linkedin setelah membaca profil kita yang mumpuni, dibanding
menerima email blast sporadis yang tidak personal), apa yang dilakukan
Beatrix?
Beatrix membaca profil orang yang akan ditemuinya. Dari
profil Linkedin bisa diketahui cukup banyak hal tentang seseorang
setidaknya untuk memulai percakapan dengannya.
Sebelum jump in to business,
ada baiknya seorang sales menunjukkan kepiawaiannya dalam mengobrol
santai dan membina rapport dengan calon prospek. Dari profil Linkedin
bisa diketahui seseorang pernah bekerja di mana, kuliah di mana, atau
bahkan ternyata dia mempunyai koneksi yang sama dengan kita, sehingga
bisa mempermudah dalam menjalin relasi.
Hal ini tentu saja tidak
hanya berlaku untuk profesi sales, karena dalam berbagai profesi lainnya
pun kita tidak luput dari kebutuhan untuk networking.
Contoh
kedua, profesi yang juga sangat bisa memanfaatkan Linkedin adalah
reporter. Melalui Linkedin seorang reporter dapat menembus kepada
narasumber sama halnya seorang sales menembus kepada prospek. Melalui
Linkedin pula seorang reporter yang cerdas dapat mengetahui banyak hal
tentang narasumbernya sebelum dia bertemu langsung.
Meskipun
pengguna Linkedin di Indonesia sudah lebih dari 1 juta orang, dan
Linkedin sudah membuat versi bahasa Indonesia, namun masih banyak juga
pebisnis atau pejabat level atas yang belum menemukan point bagi mereka
untuk bergabung dengan Linkedin.
Kembali lagi, mungkin mereka
masih mengira, Linkedin hanya untuk orang yang mencari pekerjaan. Pada
kenyataannya memang di Indonesia Linkedin menjadi primadona para
Headhunter.
Untuk seorang pebisnis, Linkedin bisa digunakan
sebagai sarana networking model baru. Kegiatan yang dulu terjadi di
executive club, cafe di hotel-hotel ternama kini banyak yang berpindah
ke Linkedin.
Setidaknya saya amati untuk mereka yang bergiat di
industri digital mulai memanfaatkan networking model baru ini. Mereka
terhubung dalam grup-grup sesuai dengan industrinya, memberikan update
terbaru, membangun image dan jejaring.
Pebisnis dapat menjalin
relasi langsung dengan pemilik bisnis atau pimpinan perusahaan yang
menjadi targetnya, follow halaman perusahaan tersebut sehingga
mengetahui update kegiatan perusahaan tersebut.
Apabila
perusahaan yang menjadi prospek kita hendak menyelenggarakan event
ataupun mengembangkan produk misalnya, siapa tahu mereka membutuhkan
produk atau layanan yang bisa kita sediakan? Kita akan menjadi yang
tercepat untuk menawarkan produk kita kepada mereka.
Jangan lupa
juga bahwa Linkedin memungkinkan perusahaan melakukan employer branding
(branding perusahaan di mata karyawan dan calon karyawan) untuk menarik
kandidat potensial bergabung ke perusahaan kita.
Dan untuk
individu, tentu saja Linkedin adalah sarana personal branding yang
sangat bagus. Isilah profil Anda selengkap mungkin, salah satunya karena
apabila kita mengisi profil Linkedin dengan lengkap, kemungkinan profil
Linkedin kita ini akan muncul pada urutan pertama hasil search Google
dengan keyword nama kita. Saat ini semakin banyak perekrut yang
melakukan background check dengan meng-google nama kandidat.
Selain
itu melalui Linkedin Anda dapat memperoleh update di industri Anda,
berkontribusi dengan memberikan pandangan Anda, membangun otoritas Anda
di bidang yang Anda kuasai, terhubung dengan jejaring profesional Anda,
sehingga, ketika tiba waktunya, semua itu akan kembali pada Anda. Anda
akan menuai hasil dari apa yang telah Anda tabur.
Para perekrut
seringkali lebih menyukai passive candidate (kandidat yang tidak sedang
aktif mencari pekerjaan) dibanding active candidate. Dengan selalu up to date di Linkedin, tunggu saja panggilan dari lompatan karir Anda selanjutnya.
Jadi, jangan hanya gunakan Linkedin untuk mencari pekerjaan, tetapi gunakanlah Linkedin agar pekerjaan mencari Anda!
Source : DetikInet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar