Salah satu hal yang perlu diketahui seorang Marketing Manager ketika
merencanakan budget marketing untuk sebuah bisnis online adalah
bagaimana cara pengunjung masuk ke situs web.
Barangkali Anda
sudah mafhum, tidak semua pengunjung masuk ke situs web melalui
homepage. Kabar buruknya malah, homepage yang biasanya menjadi fokus
pemilik web dalam merancang desain seindah mungkin itu kini semakin
berkurang perannya. Sebuah artikel di Niemenlab beberapa waktu yang lalu
semakin mengkonfirmasi bahwa masa jaya homepage sudah berlalu.
Artikel
tersebut menyebutkan, beberapa portal besar seperti New York Times dan
Wall Street Journal melaporkan semakin banyak pengunjung yang datang
dari pintu samping. Tren ini dapat dimaklumi seiring dengan tumbuh
pesatnya social media, mobile application, maupun yang tetap banyak
digunakan yaitu search engine, yang membawa pengunjung situs web
langsung pada halaman yang bersangkutan, tidak perlu melalui homepage.
Nah, bagaimana kondisinya di situs web Anda? Anda harus tahu berapa presentase yang masuk dari pintu depan (homepage)
vs berapa prosentase yang masuk dari pintu samping (bisa dari Facebook,
Twitter, search engine, dan berbagai social media lain maupun mobile
app situs-situs jejaring sosial tersebut). Salah satu cara mengetahui
hal ini adalah melalui tools data statistik seperti Google Analytics.
Mengetahui
data di atas adalah langkah awal untuk Anda merencanakan strategi
marketing untuk meningkatkan kunjungan maupun membesarkan brand Anda di
dunia online.
Sebagian besar situs web baru akan mulai mendapatkan kunjungan melalui search engine, dengan kata-kata kunci (keyword)
yang relevan dengan konten situs tersebut. Selain dari search engine,
situs-situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dll juga membantu
mendatangkan kunjungan, apalagi bila akun-akun di media sosial itu
banyak pengikutnya.
Untuk situs-situs berita yang selalu
ter-update dengan frekuensi hitungan detik apalagi yang sudah ternama
seperti Detik.com, saya menduga sebagian besar tamu akan datang dari
pintu depan.
Selain karena sudah ternama, perilaku pengunjung
ini juga terbentuk karena pola update di Detik yang selalu ada yang baru
apabila di-refresh. Hal ini membentuk perilaku pengunjung untuk mengecek, 'ada berita terbaru apa saat ini?'.
Dus,
tamu dari pintu depan berbeda dengan tamu dari pintu samping. Tamu dari
pintu depan hampir dapat dipastikan telah mengenal brand kita. Mereka
datang dengan mengetikkan langsung alamat (URL) situs, atau mereka
mungkin saja sudah mem-bookmark alamat situs web kita, atau bisa juga
mereka mengetahui dari iklan media non online, seperti televisi atau
radio atau media cetak, misalnya. Kemudian mereka mengetikkan nama
alamat situs web kita tersebut.
Tamu dari pintu samping lebih
beragam. Ada yang 'nyasar' ke situs web kita karena suatu kata kunci
yang dicarinya di Google. Mereka mungkin saja tidak 'aware' dengan situs web kita (masih ada juga yang misalnya mencantumkan sumber artikel: dari Google).
Pengunjung
yang datang dari social media juga beragam. Ada yang sudah follow akun
kita di social media (berarti dia sudah kenal kita) tetapi ada juga yang
melalui akun teman-temannya (karena retweet ataupun share yang dilakukan temannya).
Tamu
dari pintu samping yang terus meningkat presentasenya ini menurut saya
harus semakin mendapat perhatian. Mereka yang tersebar di mana-mana di
jagat maya yang maha luas ini harus kita tangkap, menjadi returning
visitor dan kemudian menjadi tamu yang datang dari pintu depan.
Bounce Rate
Sebenarnya
yang lebih penting daripada dari mana tamu masuk, adalah apa yang
dilakukan setelah masuk. Pembahasan ini kemudian membawa kita ke istilah
bounce rate yang cukup terkenal di ranah digital. Bounce rate adalah presentase pengunjung yang bounce atau meninggalkan situs web setelah hanya melihat satu halaman saja.
Karena itu tentu saja semakin kecil bounce rate semakin
baik. Pengelola situs web bekerja keras untuk membuat pengunjung
mengklik halaman-halaman lain setelah mereka mendarat di halaman pertama
(landing page). Landing page, seperti dijelaskan di atas, tidak selalu dari homepage, tetapi bisa dari halaman apa saja.
Caranya, misalnya dengan membuat related links,
membuat tautan-tautan yang menarik sehingga kunjungan sang tamu tidak
berakhir di halaman di mana mereka mendarat, tetapi berlanjut karena
banyak informasi menarik. Setelah itu malah mem-bookmark misalnya,
karena mendapati bahwa situs web ini berguna bagi mereka untuk
dikunjungi kembali.
Kembali ke strategi marketing tadi, setelah
mengetahui bagaimana kondisi sumber kunjungan situs web saat ini, maka
kita dapat membuat tujuan bagaimana kondisi yang kita inginkan, bagian
mana yang hendak kita tingkatkan.
Apabila sudah banyak kunjungan
dari depan, dapat kita asumsikan bahwa usaha promosi yang bertujuan
branding mungkin tidak terlalu prioritas lagi. Karena biasanya usaha
branding untuk mendapatkan awareness cukup mahal (seperti
beriklan di televisi misalnya). Pemilik situs web dapat mengerahkan
fokus ke bagian lain, seperti meningkatkan engagement di social media, dan sebagainya.
Apabila
mayoritas pengunjung dari pintu samping, maka tugas utama adalah
menjadikan mereka returning visitor sehingga meningkatkan pengunjung
dari pintu depan. Apabila angka keduanya (tamu dari pintu depan maupun
pintu samping) masih kecil, maka kedua-duanya harus digenjot. Jangan
perhatian hanya diberikan pada pintu depan.
Tentu saja ini hanyalah contoh untuk memberikan insight. Strategi detil harus dibuat berdasarkan analisa perilaku pengunjung situs web yang berbeda-beda pada setiap situs.
Source : Detik Inet
Penulis: Meisia Chandra merupakan
Direktur PortalHR.com, trainer & konsultan social media for
employee, strategi digital, & e-commerce. Yang bersangkutan bisa
dihubungi via Twitter di @mei168.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar