Terkadang kita mengabaikan Aset yang kita miliki, baik itu yang terlihat
maupun tidak. Sebagian besar pengecekan yang dilakukan saat Financial
Check Up terkait dengan Aset yang kita miliki.
Total Aset yang
besar bukan jaminan bahwa kondisi keuangan kita sehat. Ada dua rasio
yang paling sering memperlihatkan kondisi keuangan tidak sehat terkait
Aset yaitu:
Liquid Asset to Net worth Ratio (Rasio Aset Lancar berbanding Total Kekayaan Bersih).
Aset
Lancar merupakan bagian dari Aset kita yang bersifat likuid, artinya
mudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan seperti Kas di tangan,
Tabungan, Deposito. Logam Mulia/Emas selain sebagai Aset Investasi juga
bisa digolongkan sebagai Aset Lancar karena bisa dijual dalam waktu
relatif singkat untuk mendapatkan cash.
Mengapa minimnya Aset
Lancar dikategorikan tidak sehat? Karena jika terjadi kebutuhan darurat
(PHK, musibah keluarga, sakit, kecelakaan) maka yang bisa digunakan
langsung adalah Aset Lancar. Aset yang tidak lancar memerlukan waktu
untuk bisa digunakan.
Orang-orang yang asetnya besar karena Aset
tidak likuid, misalnya Property (Rumah, Tanah, Ruko, Apartment, dll)
bisa mengalami kesulitan jika suatu saat membutuhkan dana tunai dalam
jumlah besar dan harus menjual aset-aset tidak likuid tersebut dalam
waktu singkat apalagi jika nilai/harganya cukup tinggi maka membutuhkan
specific buyer yang mampu membelinya, sehingga kadang yang terjadi
adalah aset tersebut dijual dibawah harga pasar karena dalam posisi BU
(Butuh Uang).
Aset Lancar dalam Perencanaan Keuangan yang baik
tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak, ada batasan
ideal dalam Rasio ini yang perlu selalu dijaga. Jumlah Aset Lancar yang
ideal akan terkait dengan jumlah Dana Darurat yang perlu dipersiapkan.
Net Investment Asset to Net worth Ratio (Rasio Aset Investasi berbanding Total Kekayaan Bersih).
Hampir
80-90% hasil dari Financial Check Up tidak sehat dalam rasio ini. Hal
ini terjadi karena memang masih banyak orang yang belum aware dengan
Aset Investasi dan kegunaannya. Aset Investasi sebenarnya merupakan aset
yang kita miliki yang nilainya meningkat secara waktu, dapat memberikan
manfaat di waktu sekarang atau yang akan datang.
Rumah/Property
atau kendaraan yang kita gunakan tidak tergolong menjadi Aset Investasi
namun lebih ke Aset Guna. Saat ini banyak tawaran produk-produk yang
disebut investasi, di mana perlu dicek dan dipelajari dengan benar
apakah produk investasi tersebut memiliki dasar hukum/legal, bagaimana
tingkat return dan resikonya, bagaimana cara membeli dan menjual,
biaya-biaya apa saja yang harus dibayar, dan karakteristik-nya apakah
sesuai dengan profil resiko dan tujuan kita, sehingga kita tidak salah
membeli atau bahkan merasa tertipu di kemudian hari. Peningkatan Aset
Investasi yang kita lakukan harus sejalan dengan tujuan-tujuan keuangan
yang ingin kita capai (jangka menengah-panjang).
Aset yang kita
miliki adalah sesuatu yang bisa kita manfaatkan dan optimalkan untuk
memenuhi kebutuhan bahkan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan keluarga
di masa yang akan datang (Dana Pendidikan Anak, Dana Pensiun, Dana
Modal Usaha, Dana Naik Haji, Dana Pembelian Property/Kendaraan, dll).
Keuangan yang benar maka bisa diketahui apakah alokasi aset yang kita
lakukan saat ini sudah optimal, apakah perlu perubahan bentuk aset,
berapa besar peningkatan Aset Lancar dan Aset Investasi diperlukan untuk
setiap tujuan keuangan, produk-produk investasi apa yang sesuai untuk
menjadi bagian dari portfolio aset kita. And last but not least, yang
juga perlu dipersiapkan terkait aset kita adalah Perencanaan Waris yang
akan menjaga kepemilikan aset kita berada di tangan orang-orang yang
kita inginkan saat kita tiada.
Source : Detik Finance
Yosephine P. Tyas S.Kom, MM, RFA® (@phien13)
Senior Associate Advisor - AFC Financial Check Up
Tidak ada komentar:
Posting Komentar