Penipuan berkedok investasi atau investasi bodong selalu terjadi setiap
tahun. Penipuan atau Investment Scam ini dikenal dengan bentuk Arisan
Berantai, Koperasi Swasta atau Palsu, dan lainnya.
Paling marak
adalah berbasis tawaran emas. Investasi itu pasti mengandung risiko.
Tergantung jenis produknya, risiko yang mungkin terjadi misalnya nilai
investasi yang menurun, risiko ingin mencairkan dana tapi belum jatuh
tempo sehingga terkena penalti, sampai risiko kalau bank terkena
likuidasi.
Risiko-risiko tersebut terukur dan bisa kita
antisipasi sesuai dengan tujuan finansial kita. Berikut ciri-ciri
penipuan investasi yang dipaparkan Perencana Keuangan ZAP Finance Prita
Hapsari Ghozie seperti dikutip detikFinance dari situs resminya, Minggu (20/4/2014).
Penipuan berkedok investasi itu biasanya punya 2 bentuk:
1.
Skema Ponzi: Skema Ponzi diberi nama sesuai penciptanya yaitu Charles
Ponzi yang di tahun 1920-an menjanjikan bagi hasil PASTI sejumlah 50%
kepada investor di US. Tapi, sebetulnya uang yang dia terima dari
investasi yang belakangan dibayarkan sebagai “dividen” kepada investor
sebelumnya. Skema ini akan bubar saat si Ponzi tidak lagi mampu mencari
investor baru.
2. Skema Piramid: skema ini bekerja dengan sistem
serupa dengan skema Ponzi, hanya saja yang mencari investor baru adalah
investor saat ini. Nah, si investor yang berhasil memasukkan investor
baru akan mendapat “dividen” dan juga “komisi”. Bentuknya mirip dengan
multi-level marketing, arisan berantai, dan sistem waralaba palsu.
Dalam
lima tahun terakhir, saya pernah punya pengalaman pribadi beberapa
teman dan saudara yang pernah terkena penipuan semacam ini. Kira-kira
lima tahun lalu, saudara pernah terkena skema penipuan deposito dolar
yang bisa memberikan hasil JAMINAN 2% per bulan! Yah, kalau bunga depo
USD rata-rata saja tidak sampai 5% per tahun, gimana ceritanya bisa jadi
24%?
Dua tahun lalu, ada lagi cerita tentang bisnis travel yang hanya dengan
memasukkan uang tidak sampai Rp 10 juta, lantas bisa dapat uang dalam
bentuk USD sampai puluhan ribu. Yang ini bahkan sampai ada website
dengan jaringan internasional. Tapi, saat diperhatikan, kantor pusatnya
berada di sebuah Negara kecil dan beralamat sebuah kantor virtual.
Menurut teman yang sempat ikut, akhir tahun lalu, skemanya sudah bubar.
Tips untuk Melindungi Aset
1. Kenali ciri-cirinya:
Imbal
hasil (return) keuntungan yang ditawarkan sangat tinggi (tidak masuk
akal) dan atau dalam jumlah yang pasti. Biasanya dibandingkan dengan
deposito, karena memberikan imbal hasil yang PASTI dan BERKALA setiap
bulan. Namun, besarannya bisa 10 kali lipat imbal hasil deposito. Produk
investasi ditawarkan dengan janji akan dijamin dengan instrumen
tertentu seperti Giro atau dijamin oleh pihak tertentu seperti
pemerintah, bank dan lain-lain.
Ada jaminan hasil investasi atau
bahkan 100% buyback guarantee. (Investasi tidak boleh memberikan imbal
hasil pasti, kecuali bentuknya tabungan/deposito atau dalam skema
pinjaman).
Dana masyarakat tidak dicatat dalam segregated account.
Ditawarkan dengan konsep MLM atau tenaga marketing yang sangat agresif
Perusahaan pengerah dana masyarakat secara ilegal bertindak seolah-olah
sebagai agen dari perusahaan investasi yang berada di dalam maupun di
luar negeri atau bekerja sama dengan pengelola dana investasi yang
berkedudukan di dalam maupun di luar negeri yang telah mempunyai izin
usaha yang sah dari otoritas.
2. Pastikan bahwa orang/perusahaan
yang melakukan penawaran tersebut telah memiliki izin sesuai dengan
peruntukannya dari salah satu lembaga yang berwenang seperti :
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Kementerian Keuangan
Bank Indonesia (BI)
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappepti) & Kementrian Perdagangan
3. Gunakan Rule of 72 sebelum memutuskan apakah tawaran investasi ini betulan atau tipuan.
4.
Biasanya, skema investasi tipuan akan berjalan lancar dalam 1-2 tahun
pertama, tapi mulai bermasalah di atas tahun ke-3. Kalau Anda mengalami
pembayaran bagi hasil yang mulai seret, nah waspada dan cepat tarik dana
Anda!
Source : Detik Finance
1 komentar:
prospek keuntungan yg tdk realistis seharusnya sdh cukup membuat org curiga bahwa itu kemungkinan besar investasi bodong. Sayangnya banyak org lebih dikendalikan oleh emosi ingin cepat kaya drpd logika yg jalan...
Posting Komentar