Jakarta, Diabetes disebut-sebut sebagai induk sebagai
segala jenis penyakit karena komplikasinya yang beragam, mulai dari
obesitas, penyakit jantung, hipertensi, stroke, hingga kanker. Yang
lebih parah, penyakit ini kabarnya tak dapat disembuhkan.
Ada 2
jenis diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Pada tipe 1, pankreas
tidak dapat memproduksi insulin sama sekali karena rusak atau tak
berfungsi. Sedangkan pada tipe 2, tubuh masih menghasilkan insulin,
hanya saja tidak dapat berfungsi secara optimal karena terjadi
resistensi insulin.
Diabetes tipe 1 umumnya disebabkan oleh
kelainan bawaan, sehingga lebih sering dijumpai pada anak-anak dan bisa
bertahan sampai dewasa. Sedangkan diabetes 2 cenderung diakibatkan pola
makan yang salah. Keduanya berakibat pada kelebihan kadar gula di dalam
darah.
Richard Doughty (59) belum lama ini didiagnosis dengan
diabetes tipe 2 . Hasil pemeriksaan menunjukkan gula darahnya setinggi 9
milimol per liter, sedangkan kadar normalnya adalah 4 hingga 6 milimol
per liter. Dia tertegun karena selalu makan makanan yang sehat, tidak
memiliki riwayat keluarga dengan diabetes, dan tidak pernah merokok.
"Dokter
mengatakan bahwa diabetes saya cukup ringan untuk dikontrol dengan pola
makan saja, lalu memberi saya setumpuk selebaran tentang gizi bagi
penderita diabetes. Saya memakan salad, mengurangi karbohidrat, namun
kemajuannya lambat. Selama 7 bulan, gula darah saya masih terlalu
tinggi, sekitar 7 mmol/l," katanya seperti dilansir Daily Mail, Kamis
(8/8/2013).
Lewat pencarian di internet, Richard membaca
penelitian para ilmuwan di Universitas Newcastle yang telah merancang
diet ekstrim rendah kalori yang dapat menyembuhkan diabetes kurang dari 8
minggu. Caranya adalah dengan hanya memakan 800 kalori sehari dari
2.500 kalori yang direkomendasikan untuk pria.
Dari 800 kalori
tersebut, sebanyak 600 kalori harus berasal dari makanan pengganti
seperti sup dan 200 kalori dari sayuran hijau. Tidak lupa minum 3 liter
air dalam sehari. Metode ini dicetuskan oleh Roy Taylor, profesor
kedokteran dan metabolisme di Universitas Newcastle.
Teori yang
melatarbelakangi metode ini adalah kenyataan bahwa diabetes tipe 2
sering disebabkan oleh penyumbatan liver dan pankreas oleh lemak. Kedua
organ ini sangat penting dalam memproduksi insulin dan mengendalikan
kadar gula darah.
Penelitian Profesor Taylor telah menunjukkan
bahwa diet drastis menyebabkan tubuh menjadi kelaparan, lalu membakar
cadangan lemak untuk menghasilkan energi. Lemak yang ada di sekitar
organ tampaknya ditargetkan pertama kali, sehingga liver dan pankreas
tak lagi tersumbat dan tingkat gula darah kembali normal.
Satu
penelitian yang dilakukan oleh tim Taylor dan diterbitkan pada tahun
2011 dalam jurnal Diabetologia menemukan bahwa dari 11 penderita
diabetes tipe-2 yang menjalani diet, kesemuanya berhasil lepas dari
penyakit ini dalam waktu tak sampai dari 8 minggu.
Penelitian
lebih lanjut juga mengungkapkan bahwa penderita diabetes tipe 2 hanya
perlu kehilangan seperenam dari berat badannya untuk dapat menghilangkan
lemak dari pankreas, sehingga memungkinkan organ ini memproduksi cukup
banyak insulin dalam kadar normal.
"Setelah menghubungi Profesor
Taylor, dan mendapatkan persetujuan dari dokter saya, saya memutuskan
untuk mengikuti pola makan ini. Target berat badan saya 8 stone dan 12
pound (sekitar 60 kg)," kata Richard.
Richard tak berani
mengambil langkah sebelum berkonsultasi dengan dokternya. Setelah ada
lampu hijau, dia hanya makan 2 sup sayuran hijau per hari. Setelah
sehari, kadar glukosanya telah turun dari 6 mmol/l menjadi 5.9 mmol/l.
Walau
sering merasa lapar, profesor Taylor mengatakan bahwa rasa lapar adalah
hal yang bagus karena tandanya program diet tengah bekerja. Untuk
mengatasi kelaparan, Richard menenggak air setengah liter.
Pada
hari ketiga, Richard sudah kehilangan 1 kg berat badannya. Hari keempat,
kadar glukosanya menurun dari 5.9mmol/l menjadi 4.6mmol/l. Untuk makan
siang, Richard menyantap sup jamur buatan sendiri yang dicampur bawang,
sayuran dan rempah-rempah. Dia juga menelan suplemen sup ayam sebelum
pulang kantor. Walau konsentrasinya tetap terjaga, seringkali dia lantas
merasa lelah dan lesu.
"Pola ini berlanjut setiap hari. Saya
bereksperimen dengan lebih banyak sup seperti wortel, tomat dan kacang,
sayuran panggang, sayuran tumis, sayuran rebus dan casserole, dibumbui
dengan bumbu yang tidak pernah saya gunakan sebelumnya, seperti jinten
dan paprika," ujarnya.
Beberapa hari kemudian, berat badannya
menyusut menjadi 57 kg dan kadar gula darahnya menjadi 4,1 mmol/l.
Konsekuensinya, beberapa pakaian yang biasa dikenakan tak lagi pas di
badan dan wajahnya menjadi lebih tirus. Meski demikian, jerih payahnya
terbayar.
Dua bulan kemudian, Richard memeriksakan diri ke dokter
dan dinyatakan tak lagi mengidap diabetes. Setelah menjalani diet
selama 11 hari, ternyata gula darahnya sudah menurun ke tingkat normal.
Tak ingin didiagnosis diabetes lagi, Richard lantas bergabung dengan gym
dan berjalan kaki 3 kali seminggu.
"Atas saran Profesor Taylor,
saya juga mulai membangun otot tubuh bagian atas saya. Otot yang lebih
besar menyerap lebih banyak glukosa sebagai energi, sehingga mencegah
tubuh menyimpan glukosa lebih dari yang dibutuhkan," ungkapnya.
Source : Detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar