Banyak yang mengira jika multitasking atau
melakukan sejumlah aktivitas dalam satu waktu akan membuat pekerjaan
lebih cepat selesai dan menghemat waktu. Namun pelaku multitasking malah
dianggap kesulitan untuk fokus pada satu pekerjaan dalam satu waktu
saja.
Menurut sebuah studi, orang-orang yang paling sering
melakukan beberapa aktivitas secara bersamaan justru memiliki performa
yang paling buruk.
Secara khusus studi yang dilakukan tim
peneliti dari Utah University, Salt Lake City ini memaparkan bahwa
pengendara sepeda motor yang menelepon sambil berkendara cenderung
menjadi individu yang 'impulsif dan tukang cari perhatian (caper)' serta
berisiko tinggi mengalami kecelakaan.
Dengan kata lain ada
sejumlah orang yang suka melakukan dua aktivitas atau lebih sekaligus
hanya karena hal itu dianggap menggairahkan, menarik dan menantang, tak
peduli jika performanya nanti justru menjadi buruk.
"Yang
mengkhawatirkan adalah orang-orang yang tetap menelepon sambil
berkendara akan cenderung menjadi orang yang paling tidak mampu
melakukan multitasking dengan baik," kata salah satu peneliti Profesor
David Sanbonmatsu.
"Karena sebenarnya hal itu (menelepon sambil
berkendara) tak boleh mereka lakukan, jadi dengan kata lain orang yang
paling banyak melakukan multitasking adalah mereka yang tampaknya
menjadi orang yang paling sedikit kapabilitasnya untuk melakukan
multitasking secara efektif," lanjutnya.
Kesimpulan ini diperoleh
setelah peneliti melakukan psikotes dan memberi kuesioner pada 310
mahasiswa untuk mengukur kemampuan multitasking partisipan yang
sebenarnya (aktual), kemampuan multitasking menurut persepsi partisipan
serta intensitas penggunaan ponsel partisipan ketika berkendara.
Peneliti
juga mengamati penggunaan media elektronik pada partisipan dan
kepribadian partisipan seperti impulsivitas dan kecenderungan partisipan
untuk mencari sensasi atau perhatian.
"Ternyata orang-orang yang
paling sering melakukan multitasking memiliki ilusi bahwa mereka jauh
lebih baik dari kebanyakan orang, padahal faktanya mereka tak lebih
baik, bahkan seringkali lebih buruk," tandas peneliti lain, Profesor
David Strayer seperti dilansir dari Daily Mail, Senin (28/1/2013).
Itulah
mengapa partisipan yang memiliki skor kemampuan multitasking aktual
tertinggi cenderung tidak melakukannya karena mereka lebih mampu
memfokuskan perhatiannya pada satu pekerjaan yang tengah mereka lakukan.
Seperti dugaan sebelumnya, partisipan yang tingkat impulsivitas dan
kecenderungan untuk capernya paling tinggi dilaporkan lebih sering
melakukan multitasking.
Rata-rata partisipan yang paling sering
multitasking mengaku melakukannya karena mereka kurang mampu mengatasi
adanya pengalih perhatian dan fokus pada satu pekerjaan saja, ketimbang
benar-benar memiliki kemampuan untuk itu.
"Justru 25 persen
partisipan yang skor kemampuan multitaskingnya terbaik merupakan
orang-orang yang jarang melakukan multitasking dan lebih suka
menyelesaikan satu pekerjaan saja pada satu waktu," pungkas Profesor
Sanbonmatsu.
Source : DetikHealth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar